AKHIR DARI ERA ZAMAN “UANG TUNAI”

Sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan tunai? Jawaban paling sederhana adalah kepingan logam kecil dan lembaran kertas. Namun, apa perannya dalam dunia ekonomi, kultur dan pikiran kita? Apakah kita bisa hidup tanpanya? Haruskah kita hidup tanpanya?

Akhir dari era zaman "uang tunai"
                     www.fredykurniawan.com

Walaupun ramalan mengenai akhir era tunai telah begitu lama, mungkin sama lamanya dengan kartu kredit, sejumlah perkembangan masih terjadi pada uang kertas maupun uang logam. Pada tahun-tahun belakangan ini, terdapat beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa uang fisikal dapat memberikan dampak buruk pada milyaran orang di dunia.

MISIONARIS

Uang kertas lahir dari negara China, mungkin jauh di sekitar tahun 800 sebelum Masehi. Namun, uang kertas menguasai dan hampir menggantikan uang logam pada saat era dinasti Yuan, yaitu pada awal abad ke tiga belas.

Ketika Marco Polo menemukan sistem moneter semacam ini pertama kalinya—kurang lebih 100 tahun kemudian—dia pun merasa begitu takjub. Marco Polo menuliskan “hasil dari rahasia kesempurnaan kimia.” Alih-alih mengedarkan koin-koin, otoritas pemerintah mengedarkan lembaran kertas yang dicap dengan sebuah angka—sejumlah respon terhadap semakin penuhnya gudang penyimpanan uang koin. Ini bukanlah uang yang sesungguhnya seperti yang telah dimengerti oleh khalayak umum. Namun, entah bagaimana, sistem ini bekerja dengan begitu baik.

Ketika orang siap untuk menerima suatu sistem pertukaran yang sama, peluang untuk terjadinya perdagangan dengan menggunakan sistem tersebut akan sangat besar dan melaju dengan cepat. Sang kaisar telah memandatkan keputusannya mengenai peredaran uang kertas, yang mana nilainya sama dengan uang koin. Tiap kali Anda ingin mengganti atau menukar uang koin dengan kertas, maka Anda dapat melakukannya.

Uang tidak berbicara, namun uang berjanji.

Kombinasi dari peraturan yang keras—siapapun yang menolak kebijakan mata uang kertas akan dihukum mati—dan kemampuan sistem pertukaran inilah yang membuatnya bisa berhasil dengan cepat dan cukup memiliki kekuatan. Agar lebih menguatkan kehadiran dan otoritas pencetakan uang kertas, teks yang tertulis pada deklarasi mencantumkan bahwa sistem ini memiliki validitas yang abadi.

Uang kertas adalah kontrak tidak langsung antara khalayak umum dengan keputusan yang mereka yakin akan mereka buat dalam beberapa tahun ke depan, agar nilainya tetap bertahan. Namun, dari segi bentuk, ini hanyalah secarik kertas. Tidak ada yang istimewa darinya. Nilainya ditentukan oleh stabilitas yang mampu dipertahankan oleh institusi yang mengeluarkannya. Jika khalayak umum percaya dan tetap bergantung pada institusi penerbitnya, maka berarti mereka akan tetap menerima dan menggunakan uang kertas. Jika kepercayaan tersebut sudah rapuh, mata uang dan ekonomi akan runtuh.

Kita memikirkan uang dengan “selalu” dan “tidak pernah”. Selalu: pekerjaan, pensiun, kondisi ekonomi, uang kuliah, pendanaan terorisme, keseimbangan perdagangan dengan China, Goldman Sachs, dan ATM. Tidak pernah: bagaimana sesungguhnya uang ini bekerja. Namun kita pikir kita mengetahui dan mengenal baik uang tunai. Bentuknya nyata, setidaknya cukup nyata sehingga Anda bisa menggenggamnya, menciumnya, dan hingga Anda merasa perlu mencuci tangan Anda setelah memegangnya.

Pada masa ini uang kertas yang dicetak dengan disertai oleh kata-kata bijak tidaklah mengejutkan.

Di luar dari definisi uang yang ada tercatat di kamus—media pertukaran, alat hitung, sesuatu yang memiliki nilai, dan metode pembayaran—uang juga memiliki makna ciptaan manusia yang memiliki kekuatan cukup dahsyat terhadap khalayak umum.

Otak dewasa kita mungkin akan mulai memahami masalah uang seperti distribusi yang kurang efektif, kecenderungannya untuk inflasi, dan kecenderungannya membuat perselisihan, namun bagi anak-anak yang sudah mengerti nilai uang, di benak mereka hanya terdapat pemikiran yang sangat sederhana. Inilah kenapa jika meletakkan uang di jalanan dapat memancing kepanikan alam bawah sadar, yang mana kemudian tersembunyikan oleh diri kita yang lebih rasional, yang memahami dengan baik bahwa sepeser uang—yang tergeletak tanpa tuan—sesungguhnya tidaklah bernilai. Bahkan para ahli ekonomi akan berpendapat bahwa waktu Anda dan kondisi finansial Anda jauh lebih berharga daripada berhenti dan mengambil uang yang tergeletak di jalan tersebut.

Keyakinan adalah hal yang rapuh. Keraguan dapat dirasakan dalam segala bentuk keadaan: perang, bencana alam, pemalsuan, dan kegagalan bank adalah sebagian dari alasan-alasannya. Di era Kubilai Khan, racunnya berbentuk uang baru yang merasuk pada ranah ekonomi. Ketika Anda dapat memperkaya diri Anda dengan mencetak lebih banyak kertas berharga, maka akan sulit untuk menahan diri.

Uang memiliki nilai karena diterima oleh masyarakat secara umum, karena dianggap memiliki nilai.

Namun, sistem moneter akan mengakibatkan sebuah kelangkaan dari barang-barang tertentu. Ketika mata uang kehilangan nilainya—yaitu kekuatan membelinya—di mata masyarakat, maka sistem uang kertas di tempat itu pun juga akan jatuh. Kemudian, akan membutuhkan waktu berabad-abad agar sistem ekonomi tempat tersebut kembali kokoh.

Kebanyakan orang berpikir uang kertas memiliki nilai tertentu. Selama mereka meyakini hal tersebut, kita masih dapat menggunakannya untuk melakukan pertukaran barang dan jasa. Namun, jika kita mencetak gambar sebuah bola basket pada kertas uang, maka ini tidak akan memberikan kita sebuah bola basket. Uang tidak memiliki nilai hakiki, namun dengan peredaran dan aliran pertukarannya, kita dapat memanfaatkannya untuk memperoleh yang kita inginkan.

Namun uang tidak hadir pada sebagian besar sejarah kehidupan manusia. Kepala suku atau kepala desa memerintahkan warganya untuk melakukan, memakan, dan memiliki apa yang telah ditentukannya. Apabila masyarakatnya memerlukan atau ingin memiliki tombak, wanita atau bangunan yang lebih banyak, maka mereka harus bertempur dengan desa lainnya, berharap dapat memperkaya diri mereka.

Teknologi yang dikenal dengan sebutan uang hadir dalam kehidupan disebabkan oleh hasrat alami kita untuk melakukan perdagangan. Sebagian ilmuwan berspekulasi bahwa motivasi untuk berdagang ini merupakan bagian dari program evolusi. Jika Anda memiliki begitu banyak sayuran namun Anda merasa begitu kedinginan, sedangkan orang lain yang memiliki banyak selimut bulu merasakan kelaparan, maka bukankah—hampir secara naluriah—kita akan melihat adanya peluang yang saling menguntungkan di sana? Kita bisa membuat pertukaran.

Terdapat sebuah pandangan yang cukup sempit yang menganggap uang mengandung sebuah kekuatan magis dan kekuatan pengubah budaya. Dalam sudut ini, kita dapat mempelajari satu atau dua hal dari para ahli ekonomi. Mereka yang memiliki pemikiran seperti ini, hanya melihat uang dari kemampuan alaminya dan kecenderungannya untuk mengacaukan situasi, dan juga seberapa kreatif dan bernafsunya kita dalam memiliki dan mengendalikannya saja. Para ahli ekonomi berpendapat, kemungkinan uang adalah sebuah fiksi, dan seluruh sistem finansial bergantung pada apa yang ada di pikiran kita masing-masing. Mengerikan memang, seolah ini berarti uang dapat menjadi apapun yang kita inginkan.

Selama ribuan tahun, uang telah hadir dalam berbagai bentuk. Bulu, cangkang, kelapa, mentega, garam, gigi ikan paus, bibit tanaman, cabai, ikan kering, dan semacamnya. Hanya rasa saling mengerti dan menghormati akan kepemilikan sebuah barang, pertukaran dapat dilakukan dengan lancar. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, nilai dari sebuah pertukaran dapat didapatkan tanpa harus memindahkan sebuah benda pun, selama pihak yang terlibat dalam pertukaran tersebut saling menyetujui. Apabila ada sesuatu yang dapat menciptakan sebuah proses transaksi atau pertukaran, maka itu bisa dianggap sebagai uang.

Uang melambangkan interaksi yang murni. Uang adalah apa yang uang mampu lakukan.

Sebagian dari segi kejeniusannya, uang memberikan kita kebebasan untuk mengistimewakan. Jika Anda merasa sibuk saat ini, coba bayangkan bagaimana jika Anda juga harus menanam dan menyiapkan bahan makanan Anda sendiri, menghangatkan rumah Anda sendiri, menjahit seluruh pakaian Anda sendiri, mendidik anak Anda sendiri, melakukan operasi pada diri Anda sendiri, merakit komputer Anda sendiri? Uang menyelamatkan Anda dari semua hal tersebut dengan kemampuannya menciptakan suasana dan proses perdagangan.

Pada zaman mata uang diwakili dengan bulu atau monumen batu, kita pun dapat dengan mudah melihat adanya cikal-bakal uang tunai zaman modern ini: tanpa adanya kepercayaan kolektif akan nilai dari sebuah barang yang hendak ditukarkan, maka barang-barang tersebut tidak akan ada harganya.

Ketidakmampuan alat pertukaran zaman dahulu menjadi semakin parah seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Tidak semua bulu, cangkang, atau gigi paus memiliki kesamaan satu sama lain. Bahkan jika Anda memilih untuk hanya berdagang satu macam benda saja, Anda akan tetap menemukan kesulitan karena tidak adanya standarisasi.

Hambatan lain dari sistem pertukaran yang masih belum sempurna di zaman dahulu adalah kerusakan. Bagaimana jika bulu-bulu yang Anda jadikan alat tukar mulai rontok, atau bayaran untuk lima ekor sapi masih belum bisa dilunasi? Uang harus bisa menjadi alat yang nilainya dapat diandalkan sepanjang waktu. Seiring dengan semakin luasnya perdagangan—tidak hanya antar desa, namun juga antar kerajaan, negara, atau bahkan antar benua—kebutuhan akan nilai yang konsisten semakin intens.

Dobrakan uang koin ribuan tahun lalu pada zaman kerajaan Yunani kuno membantu mengatasi berbagai batasan dari alat tukar terdahulu. Dengan kehadiran koin logam, perdagangan menjadi semakin luas, sejauh uang koin tersebut bisa dibawa pergi. Dengan sedikit pengecualian, uang dalam bentuk koin menjadi alat tukar yang diterima di hampir seluruh dunia. Ini adalah salah satu faktor keberhasilan sebuah alat tukar.

Uang koin juga memiliki tingkat kesepadanan yang tinggi, yang mana ini berarti: uang merupakan alat tukar terhadap benda apapun, antar pengguna. Selain itu, uang koin memiliki keuntungan khusus bagi para politisi atau penguasa. Dengan mencetak wajah atau simbol mereka dan memaksa masyarakat untuk menerima dan menggunakannya sebagai alat pembayaran, maka otoritas para penguasa ini akan semakin kokoh.

Kata koin juga berarti ‘mencipta’.

Pada abad ke sembilan belas, emas menjadi dasar dari sistem moneter dunia. Alat tukar nasional dicetak pada emas. Masalah yang timbul pada koin emas adalah kondisi ekonomi terkadang mengarahkan orang untuk yakin bahwa keinginan mereka lebih dapat dipenuhi jika mereka tidak menghabiskan atau menginvestasikan emas. Penimbunan ini mengakibatkan semakin terbatasnya ketersediaan uang. Ketika uang sudah seperti tumbuh dari pohon, maka tidak akan ada bedanya dengan dedaunan.

Uang kertas lahir pada abad ke tujuh belas. Namun hal ini tidak serta merta menghapuskan kehadiran uang koin dan logam mulia. Walaupun terdapat uang kertas, akhir dari standar emas bisa berarti uang berada pada kondisi abstraksi total.

REVOLUSIONER

Di negara yang maju, uang—sebagian besarnya—hadir dalam bentuk bilangan di dalam komputer, biasanya dalam bentuk deposito bank. Bahkan kini telah muncul teknologi uang elektronik. Bagaimana Anda menggunakan uang semacam ini? Apabila Anda sedang membutuhkan uang tunai, maka Anda bisa pergi ke ATM terdekat. Atau, Anda bisa menggunakan kartu kredit atau debit Anda, karena biasanya toko-toko sudah banyak yang dilengkapi dengan peralatan yang mengakomodir uang-uang elektronik tersebut.

Semakin miskin Anda, maka akan semakin parah biaya dan risiko dari uang tunai yang akan datang.

Memiliki uang dalam bentuk elektonik merupakan tiket kita untuk melancarkan perdagangan atau melayani kebutuhan finansial kita, agar stabilitasnya semakin terjaga. Akses ini merupakan kemewahan dari penemuan terkini.

Orang berusaha untuk keluar dari kemiskinan setiap waktu, namun kejutan finansial selalu bisa mendorong kita kembali pada keadaan kekurangan. Ketika datang kesulitan yang tidak dapat dicegah—kaki patah, jatuh dari motor, anak sakit, atau kebanjiran—dampak ekonomi akan bisa meruntuhkan keutuhan keluarga. Bagi milyaran orang yang tidak memiliki rekening di bank, dihampiri salah satu dari kesulitan tersebut akan bisa menyebabkan kekacauan dalam hidupnya. Uang tunai akan menjadi tidak efisien dan sulit seperti ratusan tahun lalu.

Ketidakstabilan akan mengakibatkan kerapuhan.

Hambatan yang selalu menghalangi orang yang tidak berkecukupan untuk mendapatkan uang elektronik adalah bank kuno yang terlalu kaku. Secara tradisional, lembaga keuangan atau bank hanya memiliki sedikit, atau bahkan, tidak sama sekali ada ketertarikan pada kebutuhan orang-orang yang tidak berkecukupan: deposito mereka tidak akan bertambah banyak, dan tidak ada keuntungan yang diperoleh dengan menempatkan bank di daerah kumuh tempat para dhuafa hidup.

Namun, telepon seluler bisa ditemukan di manapun. Telepon merupakan solusi untuk mendapatkan pelayanan finansial bagi masyarakat luas—termasuk pada satu milyar orang yang tidak memiliki rekening bank namun memiliki telepon. Di masa depan yang sesaat lagi menghampiri kita, memiliki rekening bank akan menjadi semudah membeli daun selada di pasar, mengirimkan uang semudah mengirim pesan singkat, dan membawa uang sebanyak koin emas yang disimpan di peti-peti.

Uang tunai adalah tentara yang telah berusia ratusan tahun, yang mana Anda tidak akan dapat melawannya secara frontal. Anda harus menyusup. Buat semua orang berpikir bahwa Anda tengah mendistribusikannya, karena memang itulah yang Anda lakukan. Anda mengeluarkannya dari negeri Anda ke negeri lain. Inilah yang dapat dilakukan dengan mudah oleh perangkat selular. Inilah yang dapat membawa bisnis dan kesejahteraan kepada wilayah pedalaman, yang mana sangat membutuhkannya.

Kehadiran uang elektronik dan dengan segala kemudahan yang dimilikinya, akan menyisakan beberapa pertanyaan di kepala kita: apakah uang kita benar-benar aman? Bukankah ini bisa menjadi sebuah alternatif untuk pencucian uang atau kegiatan terorisme? Apakah transaksi yang saya lakukan aman dan bisa dirahasiakan? Sebagian dari daya tarik uang tunai di tangan Anda adalah keadaannya yang tidak menguap atau menghilang tiba-tiba. Mungkin ini bisa hilang dengan dibelanjakan, dicuri, atau terkena devaluasi, namun uang tunai tidak menghilang begitu saja. Namun, jika uang diubah dan dibelanjakan dalam bentuk elektronik, apa yang dapat menjamin eksistensinya akan terus berlanjut?

Tantangan untuk meyakinkan orang bahwa teknologi adalah hal yang cukup berharga dan bisa dipercaya bukanlah hal yang baru. Teknologi yang paling mutakhir akan selalu menjadi benda yang paling sulit dijual pada orang yang takut akan risiko. Namun tetap saja, uang elektronik tidak dapat disepelekan dan perlu dipertimbangkan untuk dimiliki. Satu alasan yang memang masuk akal adalah karena jaringan nirkabelnya itu sendiri. Jika telepon putus itu masih bisa dimaklumi, namun jika kita tengah bertransaksi kemudian terputus, ini bisa menyebabkan kerugian yang cukup menjemukan. Sistem seperti ini harus betul-betul ditangani oleh orang yang benar-benar ahli, untuk meyakinkan bahwa uang kita bergerak pada jaringan yang berbeda dengan jaringan lalulintas suara kita. Jika sedikit saja membuktikan bahwa memiliki uang tunai lebih baik daripada menggunakan uang elektronik, maka masyarakat akan menolaknya.

Dari segi keamanan, uang elektronik lebih bisa melindungi kekayaan kita, karena jika operator yang menangani keuangan kita berhenti bekerja, uang kita masih akan tetap ada. Sedangkan, jika di bank yang memberikan kebijakan tunai, bisa jadi ketika orang yang menangani uang kita berhenti bekerja, bisa jadi mereka membawa sedikit uang kita.

Namun, uang tunai itu kotor. Uang mungkin merupakan sebuah teknologi luar biasa yang membentuk hidup menjadi semudah yang seperti sekarang kita ketahui, tetapi tidak ada hal yang dapat mengubah kenyataan adanya bakteri yang terkandung di dalamnya. Di luar dari berjabat tangan, pertukaran udara, dan kontaminasi dari apa yang kita genggam sebelum memegang uang, bertransaksi dengan uang tunai adalah cara mudah untuk menyentuh atau menularkan sesuatu pada orang lain.

Uang kertas dan uang koin melabuhkan berbagai jenis kutu. Selain itu, sebuah penelitian kimia dari beberapa tahun lalu telah mengemukakan bahwa kebanyakan uang kertas terbukti positif mengandung sisa-sisa kokain. Bahkan di Negara Inggris, penelitian yang dilakukan telah menghasilkan 99 persen dari uang kertas yang ada di negara tersebut terkontaminasi oleh kokain.

Kita sangat jarang memperhatikan perubahan kecil dalam cara kita membayar sesuatu. Namun, seseorang yang berusia tiga puluh tahun di masa ini akan lebih melihat perubahan dalam hidupnya dibandingkan dengan apa yang terjadi pada uang di masa lalu. Uang akan menyerahkan diri secara utuh pada keinginan manusia, dan karena itulah tidak sedikit manusia yang kehilangan jati diri karena uang telah menjadi bagian dari dirinya.

Pemalsuan dan peretasan akan menimbulkan masalah bagi peredaran uang kertas, seperti masalah-masalah lain yang menerpa uang kertas di masa lalu. Karena itu, lebih bijak jika kita memilih jalan tengah. Kita memiliki uang fisik dan uang elektronik. Kita bergantung pada uang tunai yang ada di hari ini dan juga tidak menutup diri dari ketiadaan uang tunai di masa yang akan datang.

Semoga bermanfaat,

Salam Sukses Sejahtera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Proudly powered by WordPress | Theme: Baskerville 2 by Anders Noren.

Up ↑

Halo! Klik salah satu CS dibawah untuk melakukan chat via WhatsApp.