Seringkali kita menghabiskan waktu entah terjebak dalam masa lalu atau cemas terhadap masa depan yang tidak bisa kita kontrol. Di waktu yang bersamaan, kita juga berharap hidup kita bisa lebih bahagia walaupun kita tidak tahu bagaimana caranya. Dengan hidup di momen “saat ini”, kamu akan menemukan sebuah kebahagiaan dan diri kamu yang seutuhnya.
HIDUP DI MASA LALU DAN MASA DEPAN
Kita cenderung menghabiskan waktu untuk berpikir soal masa lalu dan masa depan. Kita sibuk mengenang dan menyesali masa lalu atau di saat lain, kita malah sibuk merencanakan atau mengkhawatirkan masa depan. Yang sering kita lupakan yaitu momen yang sepenuhnya tersedia untuk kita yaitu di saat ini. Padahal momen yang paling penting dalam hidup yaitu momen saat ini. Kapanpun kamu merasakan sesuatu, perasaan tersebut kamu alami saat ini. Jika kamu menyadarinya, maka kamu akan sadar jika masa lalu tidak lebih dari kumpulan momen saat ini yang sudah lewat dan masa depan hanyalah kumpulan momen saat ini yang menunggu untuk hadir di hidupmu. Contohnya seperti ini, suatu pagi kamu bangun terlambat 10 menit daro jadwal rutinitas kamu setiap hari. Apa yang pertama kali muncul di pikiranmu? Mungkin kamu kesal karena ketiduran dan berpikir coba saja kamu tidak mematikan alarm ketika pertama kali berdering. Pikiran kamu langsung terbang lagi ke masa depan dan berpikir kalau kamu pasti akan dimarahi oleh bos karena terlambat. Inilah yang biasanya terjadi, kita terombang-ambing dalam masa lalu dan masa depan.
Tidak ada untungnya mengkhawatirkan masa depan atau tinggal di masa lalu, tetapi ada banyak manfaat untuk hidup di saat ini. Misalnya, kamu mendapat tugas menantang seperti menulis karya tulis atau apapun. Seringkali, hal ini tampak terlalu besar dan rumit untuk dicapai. Jika kamu cemas dengan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan atau menyesali kenapa kamu tidak mulai mengerjakannya dari awal, kedua hal ini tidak akan mengubah kenyataan yang kamu jalani sekarang. Namun, jika kamu berusaha mengerjakan setiap bagian dari skripsi satu per satu, maka kamu akan lebih mudah menyelesaikannya. Apakah kamu pernah menyadari, walaupun tidak ada orang yang ingin menderita, tapi kenapa banyak orang tidak bahagia? Ternyata, sumber dari penderitaan mereka adalah berasal dari pikiran. Apakah kamu tahu, kalau pikiran adalah alat yang sangat kuat apabila digunakan dengan tepat. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita tidak secara sadar menggunakan kemampuan pikiran. Yang terjadi justru kebalikannya. Kita dikontrol oleh pikiran kita sendiri. Coba berhenti sejenak dan tanyakan ke dirimu pertanyaan seperti ini. Siapa saya? Apakah jawaban kamu berisi soal pekerjaan, jabatan, status sosial, hubungan keluarga dan sebagainya? Apakah kamu sadar, kalau jawaban yang kamu berikan adalah kumpulan dari hal yang berada di luar diri? Kalau jawaban yang kamu berikan adalah kumpulan dari hal yang berada di luar diri? Kumpulan identitas yang kamu sebutkan sebelumnya bukanlah diri kamu yang sebenarnya. Inilah yang sering kita sebut sebagai “ego”. Ego berasal dari masa lalu yang berisi kumpulan pengalaman, memori dan sebagainya atau masa depan yang berisi jati diri yang kamu inginkan di masa depan.
AKAR DARI PENDERITAAN
Apa itu penderitaan? Biasanya penderitaan muncul karena pikiran. Pikiran menciptakan penderitaan dengan cara menyesali masa lalu atau mencemaskan masa depan. Karena kita tidak bisa mengontrol masa lalu dan masa depan, hal ini lalu membuat kita menderita. Jadi, apa solusinya? Caranya bisa dimulai dengan memindahkan fokus kita dari pikiran ke tubuh. Tubuh kita paling tahu apa yang terbaik bagi diri kita. Dengan mendengarkan sensasi tubuh, maka akan membuatmu lebih sadar pada momen saat ini. Jika kamu melakukan latihan ini terus menerus, maka kamu akan mengubah hubungan kamu dengan pikiran, kamu akan lebih sadar dengan apa pikiran yang muncul, sehingga pikiran ini tidak akan menghasilkan penderitaan dari segala sesuatu di masa lalu atau masa depan.
Tips lainnya yaitu, dengan mengamati pikiran tanpa memberi penilaian. Tadi di awal sudah kita bahas kalau identitas diri yang berasal dari luar diri bukanlah diri kita yang sebenarnya. Kita bisa memberikan jeda dalam arus pikiran yang tiada henti dengan mengamati tanpa memberikan makna. Menilai segala sesuatu merupakan tugas dari pikiran dalam memahami. Jadi, jika kamu memberikan penilaian terhadap pikiran yang muncul, maka kamu akan kembali lagi ke dalam siklus tersebut. Contohnya bagini, kamu bangun tidur dan mulai lari pagi. Jika itu terjadi, ikutilah tubuhmu dan berlarilah. Namun, tiba-tiba muncul suara di dalam diri yang bilang, buat apa lari pagi, lebih baik lanjut tidur saja. Atau misalnya seperti ini, daripada lari pagi, lebih baik kerjain tugas yang belum selesai kemarin malam. Ketika muncul suara tersebut, tahan diri kamu untuk memberikan penilaian baik atau buruk. Kamu hanya perlu tersenyum saja dan menerima kalau pikiran itu muncul. Latihan ini akan membuat kamu belajar cara mengamati pikiran tanpa harus mengikuti kemana pikiran akan membawamu. Nantinya apabila kamu sudah rutin berlatih, akan mengoptimalkan keadaan untuk hidup di momen saat ini sebagai permanent alertness. Ini merupakan kondisi di mana kamu berada pada keadaan aktif menunggu. Ini sama seperti ketika kamu sadar kalau ada hal besar atau penting yang akan segera terjadi. Dalam kondisi ini, perhatian kamu akan fokus pada saat ini. Kamu tidak akan punya waktu untuk sibuk melamun, merencanakan, atau mengingat masa lalu yang seringkali mengganggu kita dalam hidup saat ini. Sebagai contoh, ketika kamu sedang mengerjakan sebuah ujian, seharusnya kamu tidak perlu menghabiskan waktu untuk khawatir hasilnya seperti apa, tapi kamu harus fokus di saat ini dan mengerjakan soal ujian sebaik mungkin.
MENERIMA KEJADIAN DI LUAR KONTROL
Bagaimana jika kita sudah hidup di momen saat ini, namun perasaan sedih dan sakit tidak bisa di hindari? Apakah kita harus menekan perasaan ini dan berpura-pura kalau semua baik-baik saja? tentu saja tidak. Mayoritas penderitaan memang berasal dari pikiran kita sendiri, namun tentu saja ada hal di luar kendali kita. Contohnya seperti ini, rasa sakit yang berasal dari kehilangan orang yang dicintai. Apa yang harus kamu lakukan? Ketika kamu mengalami kejadian yang memberikan kamu rasa sakit, maka kamu bisa belajar untuk menerima apa adanya. Sebagai contoh, ketika kehilangan orang yang dicintai, kamu tentu saja akan berduka dan sedih. Namun, ketika kamu berusaha untuk menerima hal ini sebagai bagian hidup apa adanya dan tidak bisa diubah, maka kamu akan menghindari penderitaan yang berkelanjutan.
Menjadi sedih adalah perasaan yang alami dan kamu tidak perlu merasa malu atau bersalah. Sedangkan menerima, artinya kamu tidak lagi menghabiskan waktu untuk berharap kalau semuanya berbeda. Perlu disadari, fokus pada hidup saat ini tidak berarti kamu menjalani hidup pasif. Contohnya begini, jika kamu terjebak dalam lumpur, tidak berarti kamu diam saja dan menerima keadaan ini. Tapi, kamu bisa mencoba, tanpa harus panik, untuk membebaskan dirimu dari lumpur tersebut. Kamu akan melihat dunia bukanlah sebagai tempat di mana berisi masalah yang tiada henti, namun kamu melihat dunia sebagai situasi yang mampu dikendalikan dan bisa kamu selesaikan satu per satu.
Jangan meratapi masa lalu, jangan juga mencemaskan masa depan. Hidup yang kamu miliki hanya berada di “saat ini”, momen ini.
Semoga bermanfaat,
Salam Sukses Sejahtera
Leave a Reply